RESOURCES > ARTICLES


Thursday 10.07.2008
Yesusku yang Luuaaar Biasa

(Bacaan Yohanes 2:1-11)

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita diperhadapkan pada masalah yang sangat pelik dan kompleks. Masalah–masalah itu bahkan menjadi bumerang dalam kehidupan kita. Seiring dengan hal tersebut diatas, kita sering menggunakan akal dan kekuatan kita untuk memecahkan masalah tersebut. Malangnya, tidak ada jalan keluar yang benar untuk masalah-masalah tersebut bagi kita. Hal ini akan berbeda jika kita serahkan dan pasrahkan permasalahan kita kepada anak Allah yang luar biasa yang kita kenal dengan nama Yesus Kristus. Hal ini dapat kita lihat dengan kemanunggalan kita dengan Yesus maka Jawaban dan solusi yang terindah dapat kita lihat dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagi contoh kongkrit, peristiwa perkawinan di Kana merupakan gambaran dashyat yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun di muka bumi, selain Kristus itu sendiri.
Sejarah dalam perkawinan masyarakat Yahudi merupakan suatu hal yang meriah. Meriah berarti dapat dirayakan dengan besar-besaran. Hal ini dapat disingkapi pada saat prosesi dan perarakan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Kemeriahan tersebut tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biasanya dalam perarakan menuju ke kampung pengantin wanita itu selalu diikuti oleh banyak orang dari berbagai kalangan, sehingga jika penggantin pria itu masuk ke rumah pengantin wanita dapat dilihat orang dalam jumlahnya yang sangat banyak. Di sini pengantin wanita harus menjamu tamunya dengan berbagai macam makanan dan minuman guna memeriahkan pernikahan tersebut. jika kebutuhan makanan dan minuman dalam pesta itu tidak dapat terpenuhi maka sebagai konsekuensinya hadirin yang ada di tempat itu akan menggangap pesta itu tidak berkenan bagi mereka. Selanjutnya, berita dari mulut ke mulut yang tidak berkenan itu dapat menghancurkan harkat dan martabat keluarga dari kedua mempelai.
Peristiwa perkawinan di Kana adalah peristiwa perkawinan yang paling sukses dan mutakhir di dalam sejarah Alkitab dimana Anak Allah mendemonstrasikan kekuasaanNya pertama kali terhadap manusia. Peranan kekuatan adikodrati Allah ini, tidak lepas dari itikad baik manusia dalam menginterpretasikan keadaan pada waktu itu. Ketika Yesus menantikan aksi umatNya, Ia kemudian memberikan reaksi balik terhadap umatNya tersebut. Itikad positif yang dimunculkan oleh umatNya pada waktu itu adalah:
1. Adanya sikap kerelaan hati dan penyerahan yang dilakukan oleh pelayan-pelayan pada waktu itu.
Di dalam yohanes 2:7, Yesus mengatakan kepada pelayan –pelayan itu : “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.Dan merekapun mengisinya sampai penuh.” Disini dapat kita lihat ada semangat kerelaan hati dari pelayan-pelayan itu untuk melakukan kehendak Bapa. Kerelaan hati mengandung arti berkemauan untuk menurut , dan tunduk terhadap perintah seseorang atau otoritas yang lebih tinggi. Pelayan–pelayan itu tanpa tedeng aling atau ragu-ragu menaruh air dalam tempayan karena mereka percaya bahwa Allah dapat melakukan sesuatu. Sebagai akibatnya, Allah melihat sikap manusia (pelayan-pelayan) ini tunduk terhadap perintahNya dan Ia menunjukan kasih yang luar biasa pada waktu itu untuk merubah air manjadi anggur. Selain itu juga, dalam sikap pelayan itu ditunjukan melalui adanya keterbukaan dan penyerahan. Sikap yang legawa dan penuh antusias terhadap perkerjaan yang dilakukan tanpa mengeejawantahkan apa yang akan terjadi dengan air itu. Kemudian, jika kita korelasikan dengan kehidupan sehari-hari, maka terbersit di dalam hati sanubari kita sebuah pertanyaan besar sebagai orang Kristen yakni: apakah dan sudahkah kita mau terbuka dan berserah dalam Tuhan setiap hari? Jika Ya apa yang dapat kita tunjukkan terhadap Tuhan bahwa kita terbuka bagiNya dan mau dibentuk olehNya?. Jika anda menjawab Ya hari ini maka Ia akan memberikan jalan keluar bagi kita dalam berbagai masalah. Selaras dan senada dengan hal tersebut maka dalam injil Mazmur 37 : 5 Tuhan bersabda dan memberikan janji yang Luar biasa yaitu : Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak. Ia bertindak dalam memberkati dan merestorasi kehidupan kita menuju perbaikan yang abadi.

2.Adanya sikap penantian dan pengaharapan dari Maria
Dalam ayat selanjutnya didalam injil Yohanes 2:3-4 berbunyi Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: mereka kehabisan anggur. Kata Yesus kepadanya : Mau apakah engkau daripadaKu, ibu? Saatku belum tiba. Ketika Maria melihat situasi dan kondisi yang begitu carut-marut, ia tidak datang pada ahli nujum atau penjual anggur yang terbaik dikota itu untuk meminta pertolongan pada waktu itu. Namun sebaliknya, ia datang kepada Yesus dengan memperlihatkan sikap hati untuk meminta kepada Orang yang tepat. Hal ini seperti kata pepatah The right man on the right job and Situation. Maria tahu bahwa Yesus adalah Orang yang Yahuud untuk melakukan suatu keadan yang baik dan benar. Namun demikian, Jesus tidak langsung meresponi Ibunya itu. Malahan, Ia mengatakan saatnya belum tiba. Jawaban atas permintaan ibunya dapat mengandung arti: Yesus sebagai anak Allah harus mengetahui kehendak Allah Bapa dan kapan Ia harus melakukanNya dan kesemua hal tersebut bergantung atas kehendak Allah Bapa. Lebih jauh, dari sisi Maria Ia tahu bahwa Yesus mampu mengadakan perubahan kearah perbaikan sehingga Ia tidak gegabah mencari pertolongan yang lain serta memiliki pengharapan serta percaya bahwa Allah sendiri sanggup melakukan sesuatu yang ajaib, adiguna dan adidaya yang bermanfaat bagi orang sekitar. Sikap pengharapan Maria perlu menjadi suri tauladan bagi kita sebagai umat kristiani yakni menantikan Allah yang mendemonstrasikan kehebatanNya terhadap masalah kita. Pengharapan dan penantian Allah berkerja didalam masalah kita harus dilandasi oleh kesabaran yang luar biasa, terkadang jawaban itu bisa mencapai 1 tahun, 2 tahun, ataupun lebih. Bahkan sikap pengharapan ini dapat di explorasi lebih dalam melalui beberapa tahapan sesuai dengan injil Roma 5:3-7 yang berbunyi: Dan bukan hanya itu saja. Malah kita bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan Tahan uji menimbulkan pengharpan dan pengharapan yang tidak mengecewakan, karena kasih ALLah dicurahkan didalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Seirama dengan sikap Maria tersebut dapat dilihat sama dengan sikap masyarakat Kulit hitam yang menantikan hawa kebebasan dan persamaan hak dari masa perbudakan yang mengkungkung mereka di Amerika Serikat. Catatan peristiwa perbudakan di Amerika yang berlangsung beratus-ratus tahun yang lalu membuktikan kedatangan orang-orang kulit hitam ini dianggap bukan sebagai manusia yang beradab, melainkan sebagai budak belian. Bahkan sikap dan perilaku orang–orang kulit putih yang ditujukan kepada mereka mirip dengan perlakuan terhadap seekor binatang. Sikap dan perlakuan rasialisme ini pada awalnya dimunculkan oleh sebagian kaum kulit putih yang meletakan hegemoni mereka sebagai white supremacy. Mereka menggagap diri mereka adalah orang–orang yang berkuasa atas orang–orang kulit hitam. Namun demikian, di satu sisi orang–orang kulit hitam ini selalu mendapatkan tekanan dan tantangan, hambatan yang begitu luar biasa bahkan ditambah lagi dengan siksaan secara fisik dan psikis. Disisi lain, tidak semua perilaku orang–orang kulit putih ini membenci orang –orang kulit hitam. Sebagian orang–orang kulit putih juga mengajarkan agama Kristen pada waktu yang sama sehingga akulturasi dan asimilasi nilai-nilai agama dan budaya kristiani pun berkembang, yang serta merta menimbulkan keinginan dan hasrat bagi orang–orang kulit hitam untuk mendambakan kebebasan yang sejati. Lebih lanjut, kebebasan yang dipelajari dan dipahami hanya dari satu-satunya juru selamat yakni Kristus yang menyelamatkan manusia. Alhasil, selama ratusan tahun penantian itu mereka tidak putus asa, dan patah arah. Bahkan kepercayaan dan pengaharapan mereka membuahkan hasil melalui amandemen UU tentang kebebasan yang dapat mereka rasakan pada masa rekonstruksi 1867 setelah perang saudara. Lebih jauh, dalam proses rekonsiliasi yang terus menerus, pada tahun 1965 pergerakan untuk memiliki persamaan hak dan kewajiban bagi orang–orang Amerika kulit hitam menghasilkan suatu kesepakatan antara orang–orang kulit putih pada waktu itu yakni, mereka diakui memiliki hak dan perhatian yang sama dengan teman–teman mereka orang kulit putih hingga saat ini. Meskipun, masih ada perbedaan yang sangat signifikan yang masih terus diperjuangkan.
Didalam kehidupan yang semakin kompetitif serta didukung oleh kehidupan yang serba instant ini menuntut kita sebagai orang Kristen diperhadapkan dengan berbagai kondisi yang sangat pelik dan bahkan tawaran dunia begitu rupa seringkali mengingkari dan mengabaikan keberadaan Kristus sebagai Bapa yang sangat baik. Oleh sebab itu di tahun yang baru dengan semangat baru kita perlu merefleksikan dan mengoperasikan dalam diri Kita beberapa hal berikut. Pertama: Apakah saya sudah menuruti perintah Bapa ataukah saya malahan berlaku yang tidak berkenan bagi Dia?.
Yang kedua, Sudahkah saya mau jujur dan terbuka dihadapan Tuhan terhadap segala masalah saya?.
Yang ketiga, Sudahkah saya memiliki pengharapan Kristus terhadap masalah saya sama seperti Maria?.
Dengan terus–menerus kita berkaca terhadap ketiga pertanyaan tersebut bahkan melakukan segala sesuatu berdasarkan titahNya maka percayalah Yesus Kristus akan dan pasti menyelesaikan masalah kita dengan berbagai cara. Karena Ia memiliki cara –cara yang ajaib yang tidak dapat di pikirkan dan dimengerti oleh pikiran manusia. Percayalah pada Yesus yang adalah anak Allah yang sanggup mengadakan perubahan dahsyat tepat pada waktu, tempat, dan situasi yang menguntungkan bagi kita semua. Seperti tertulis dalam kitab injil Filipi 4:19: Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaaNya dalam Kristus Yesus. Imanuel Allah berserta Kita. (Oleh:Jonathan Joy Saputra,nuansa_surgawi@yahoo.com . )


« View all articles


Sangkakala News